Ketua Media Independen Online (MIO) Indonesia Provinsi NTB Feryal MP (Kanan Peci Hitam) bersama Brigjen TNI. H. Agus Bhakti, S.IP, M.IP M. Han Mantan Danrem 162 Wira Bhakti (Kiri)
Dompu, Satondapost.Com - Ketua Media Independen Online (MIO) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Feryal MP, angkat bicara soal polemik dugaan pencemaran lingkungan di wilayah Eksplorasi PT. Sumbawa Timur Mining (PT. STM), Ia bahkan melontarkan kritik tajam kepada Perusahaan tambang di Kabupaten Dompu itu karena dinilai gagal membangun komunikasi publik yang sehat terkait aktivitas eksplorasi mereka di Kecamatan Hu’u.
Menurut Feryal, PT STM terlalu sering mengeluarkan klarifikasi dan bantahan terhadap isu-isu yang muncul di tengah masyarakat. Baginya, hal itu justru menjadi bukti bahwa metode komunikasi publik yang selama ini diterapkan perusahaan tidak berjalan dengan baik.
“Kalau setiap kali masyarakat resah dan curiga lalu yang muncul adalah klarifikasi dari STM, itu artinya ada yang terputus dalam komunikasi mereka. Upaya komunikasi mereka selama ini belum efektif,” ujar Feryal Jumat, (11/4) Sore tadi.
Feryal menilai kegaduhan yang muncul di masyarakat, termasuk soal dugaan dampak lingkungan dari aktivitas eksplorasi STM, bukan semata karena kesalahpahaman, melainkan karena lemahnya jaringan penyedia informasi dari pihak perusahaan dan pemerintah.
“Ini bukan semata soal miskomunikasi, tapi kegagalan membangun pemahaman sejak awal. Masyarakat tidak diberi narasi positif tentang manfaat jangka panjang serta dampak dari keberadaan perusahaan. Maka wajar jika mereka curiga dan gaduh,” tegasnya.
Ia mendorong agar PT STM tidak hanya mengandalkan pernyataan sepihak atau komunikasi tertutup dengan pemerintah. Menurutnya, perusahaan harus secara serius memanfaatkan semua kanal informasi yang ada, khususnya media-media lokal yang kredibel.
“Perusahaan harus bekerja sama secara strategis dengan media lokal, bukan hanya sesekali kirim siaran pers. Harus ada skema kerja sama yang jelas, kontinyu, dan tidak tebang pilih,” lanjut Feryal.
Ketua MIO NTB ini juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan publik dengan pendekatan yang terbuka dan partisipatif, bukan hanya melalui jalur-jalur birokrasi atau relasi satu arah yang justru menciptakan kesenjangan informasi.
“Kalau masyarakat terus curiga, itu artinya ada yang salah dengan cara komunikasi STM dan pemerintah. Saatnya dibenahi. Jangan tunggu konflik besar baru bergerak dan akhirnya masyarakat juga yang dijadikan kambing hitam,” pungkasnya.
Pernyataan Feryal ini menambah daftar kritik terhadap STM, yang sebelumnya juga disorot oleh warga, aktivis, dan akademisi karena dianggap belum maksimal melibatkan publik dalam proses-proses eksplorasi tambang di Dompu. (Bondan)